welcome

Welcome Comments Pictures

Rabu, 30 Januari 2013

4. AGAMA DAN MASYARAKAT

AGAMA

Kasus:

WASPADAI PEMANFAATAN SENTIMEN AGAMA

      Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. H. Machasin MA menyatakan, dewasa ini kerap muncul konflik yang pada awalnya sebagai dampak ketimpangan sosial dan ketidakadilan ekonomi sering kali memanfaatkan sentimen keagamaan.

     Pernyataan Machasin tersebut disampaikan ketika membacakan sambutan Menteri Agama Suryadharma Ali pada pembukaan simposium “Peran Strategis Pendidikan Agama dalam Pembangunan Budaya Damai” di Hotel Salak, Bogor, Senin malam (10/9), yang dihadiri peserta dari kawasan Asia Tenggara dan Australia.

      Simposium itu sendiri berlangsung 10-12 September 2012, yang dinilai kalangan peserta sangat tepat berkaitan dengan maraknya aksi kekerasan atas nama agama dan lahirnya kelompok-kelompok garis keras.
    
     Namun Machasin menolak bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan berkait maraknya aksi kekerasan dewasa ini. Sebab, simposium itu dinilai penting untuk membahas pengembangan budaya damai dan peran pendidikan agama yang menjadi isu internasional sejak dua dekade terakhir ini.
      
       Budaya damai, kata dia, berdasarkan resolusi PBB tahun 1998, adalah suatu pendekatan untuk mencegah konflik dan kekerasan dan sebagai alternatif dari budaya perang dan kekerasan, yang didasarkan atas: pendidikan perdamaian, promosi pembangunan sosial dan ekonomi berkelanjutan, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, kesetaraan jender, partisipasi ekonomi, toleransi, kebebasan informasi, dan pengurangan senjata.
        
        Pemanfaatan sentimen agama, lanjut dia, bukan satu-satunya sumber konflik. Dewasa ini terdapat sejumlah permasalahan dalam bidang pembangunan agama. Antara lain, kesenjangan antar-nilai ajaran agama dengan pemahaman para pemeluknya.
      
        Tingginya semangat keberagaman masyarakat pada satu sisi belum diimbangi dengan pemahaman yang memadai. Kesenjangan antar-pengetahuan agama dan pengalamannya yang tercermin dalam sikap dan perilaku, katanya.
      
      Agama sebagai daya tangkal terhadap kecenderungan manusia berperilaku menyimpang belum cukup optimal. Pemahaman agama masih belum mampu membangun kesadaran, menggugah nurani dan spiritual individu dalam perilaku keseharian. Ironisnya lagi, kata dia, fenomena kesenjangan keagamaan juga terjadi di kalangan peserta didik, nilai-nilai agama belum menjadi landasan moral, etika dan perilaku keseharian, masih terjadi tawuran antar-pelajar, penyalahgunaan narkoba dan sederet kesenjangan lainnya.
      
       Sementara itu, ia menjelaskan, harmonisasi kehidupan beragama di dalam masyarakat Indonesia belum sepenuhnya dapat diwujudkan sebagai akibat munculnya ketegangan sosial yang sering melahirkan konflik intern dan antar-umat beragama. Termasuk konflik yang awalnya sebagai ketimpangan sosial seringkali memanfaatkan sentimen agama.



MASYARAKAT

Kasus:

SISWA BABAK BELUR DIANIAYA WARGA DISEKOLAH


Siswa Babak Belur Dianiaya Warga di Sekolah      

Yutowijaya (kiri), siswa SMP Negeri 1 Polewali Mandar, Sulawesi Barat,korban penganiayaan warga hingga mengalami luka lebam di leher dan wajah. Peristiwa terjadi di lingkungan sekolah. 

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Seorang siswa SMP Negeri 1 Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Yutowijaya dianiaya warga hingga mengalami luka lebam di leher dan wajah, Selasa kemarin. Tindak kekerasan ini terjadi di sekolah dan disaksikan sejumlah guru.

Merasa keberatan dengan kejadian itu, Robert, orangtua Yutowijaya, mendatangi sekolah tersebut, Rabu (30/1/2013). Robert mengaku keberatan dengan sikap sekolah yang dinilai mengabaikan dan membiarkan tindak kekerasan berlangsung di halaman sekolah.

Robert kemudian melaporkan peristiwa itu ke Kepolisian Resor Polewali Mandar. Robert mengadukan pelaku yang diduga salah seorang keluarga siswa yang juga teman Yutowijaya di SMP Negeri 1.

Di hadapan polisi, Robert mengaku keberatan karena tindak kekerasan dilakukan oleh orang dari luar lingkungan sekolah. Menurut Yutowijaya, kejadian ini bermula ketika dia dan salah seorang temannya saling ejek.

Keberatan mendengar ejekan Yutowijaya, dia lalu mengadu ke keluarga. Tak lama kemudian, dua warga pun datang ke sekolah dan langsung menghajar Yutowojaya.

Wakil Kepala SMP Negeri 1 Polewali Mandar A Sofyan berjanji akan memberi sanksi kepada teman Yutowijaya yang dinilai mencampuradukkan urusan pribadi dan urusan keluarga. Namun, menurut Sofyan, meski kekerasan terjadi di lingkungan sekolah, tindakan itu di luar jam belajar. 

Editor :
Glori K. Wadrianto
Sumber:
 http://www.beritakaget.com/berita/2791/waspadai-pemanfaatan-sentimen-agama.html
 http://regional.kompas.com/read/2013/01/30/14363724/Siswa.Babak.Belur.Dianiaya.Warga.di.Sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar