welcome

Welcome Comments Pictures

Kamis, 31 Januari 2013

1. MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

MASYARAKAT

   Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.


 Kasus:

 MASALAH POKOK ORANG DESA SOAL PENDIDIKAN


    Sebagian besar orang desa menganggap orang kota hidup lebih enak. Ekonomi, pendidikan, fasilitas, dan di segala aspek mereka dianggap lebih maju. Begitu juga dengan orang Kota, mengganggap orang dari desa hidup dengan segala keterbatasan, pendidikan rendah, ekonomi lemah, tidak berdaya, miskin dan terbelakang. Itu memang terjadi.
 
Jebakan Kemiskinan
Masyarakat di desa memang benar-benar dalam posisi terjebak. Kemiskinan dan ketidak tahuan menjadikan mereka selalu di nilai terbelakang. Kita sepakat, pendidikan adalah salah satu cara ampuh untuk keluar dari kemiskinan. Ternyata untuk mengakses itu, orang-orang desa yang mayoritas petani masih belum bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Untuk masuk ke sebuah sekolah baru, SMA misalnya : Petani harus menyiapkan uang pendaftaran hingga Rp. 500.000; belum termasuk uang gedung, seragam, buku, sumbangan-sumbangan lain. Lagi-lagi kembali ke persoalan ‘Miskin’.

Akses pendidikan murah memang sudah ada, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Sesuai peraturan Mendiknas nomor 69 tahun 2009, Pemerintah memberikan Bantuan operasional kepada sekolah, agar setiap sekolah membebaskan biaya pendidikan kepada siswanya. Namun dalam praktiknya, sekolah masih saja memungut biaya kepada muridnya. Biaya sumbangan contohnya. Bahkan tidak sedikit oknum pelaksana pendidikan yang menggunakan dana tidak pada semestinya.
 
Indikator Yang Tidak Adil
Persoalan pendidikan bagi masyarakat desa tidak berhenti disitu. Selama ini sistem yang sedang berjalan belum mempunyai indikator yang jelas. Contoh kasusnya adalah : Ujian Nasional, untuk menentukan pintar dan tidaknya sebagai persyaratan kelulusan hasil studi di sekolah, selama tiga tahun, kelulusan siswa hanya di tentukan oleh Tiga mata pelajaran. Siswa dinyatakan lulus dan mendapatkan ijazah setelah berhasil mengerjakan soal-soal mata pelajaran UN. Padahal, kemampuan siswa sering di temukan di luar tiga mata pelajaran tersebut.
 
Paradigma dan Kemandirian Masyarakat
Saat ini, dunia kerja mensyaratkan calon tenaga kerjanya mempunyai Ijazah, Minimal D3 hingga S1. Syarat-syarat itu sebenarnya digunakan sebagai standart kemampuan SDM untuk bekerja di sebuah instansi atau perusahaan.  Syarat inilah yang akhirnya menjadi alat cetak pola fikir masyarakat, sekolah agar mendapatkan ijazah, lalu bekerja. Bila perlu, sekolah cepat agar segera mendapatkan ijazah lalu bekerja. Sehingga masyarakat melupakan kemampuan dan bakat sebenarnya yang ada di dalam setiap anaknya. Kondisi ini akan berakibat pada kemandirian generasi. generasi Indonesia yang tercetak sebagai Buruh. Dan selamanya akan bergantung pada orang lain.
 
Apatisme Dan Semangat Ingin Tau (Belajar)
Tahun 2012, persentase minat membaca masyarakat sangat rendah, hanya berkisar 0,01%. Itu artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang mau membaca . Angka tersebut cukup fantastis. Rasa keingin tahuan masyarakat Indonesia jauh sangat rendah.



Kasus:

KASUS SUMBAWA, MASYARAKAT MATARAM DIMIN TA TIDAK TERPANCING

   KBRN, Mataram : Kasus anarkis yang terjadi di Sumbawa diharapkan tidak merembet ke daerah lain seperti kota Mataram yang masyarakatnya sangat heterogen. Unsur Pimpinan DPRD kota Mataram, meminta masyarakat kota Mataram untuk tetap tenang dan tidak terpancing, apalagi terprovokasi.

Wakil Ketua DPRD Kota Mataram H. Didik Sumardi kepada RRI  di kantornya siang tadi, Rabu (23/1/2013) sehabis menghadiri rapat paripurna DPRD kota Mataram, mengharapkan agar peristiwa yang terjadi di Sumbawa segera bisa diselesaikan, dan kasusnya tidak diperbesar, apalagi sampai menyeberang ke kota Mataram.

"Saya kira apapun yang terjadi di belahan manapun, kita satu bangsa, dan kebetulan kejadiannya di NTB, tentu terhadap semua itu, khsusus untuk kita di kota Mataram menjadi bahan pembelajaran  bagi kita dan sebagai bahan pembelajaran untuk melakukan introspeksi dan kewaspadaan," ujarnya.
Lebih lanjut H. Didik menjelaskan, konflik yang terjadi  baik yang besar maupun kecil bermula dari isu-isu dan masalah yang kecil, oleh karena itu semua pihak harus tetap waspada, dan hendaknya harus ada spirit, semangat dan komitment untuk berupaya segera mendamaikan.

Dirinya meminta kepada semua  pihak untuk tidak membiarkan masalah sekecil apapun berlarut-larut. Untuk  bisa menciptakan  stabilitas keamanan dan ketertiban, stabilitas sosial politik di kota mataram, kunci yang harus diperhatikan adalah kebersamaan dan persatuan warga kota.

"Yang harus terus diupayakan, bagaimana terus berikhtiar tanpa batas waktu untuk menjaga kebersamaan dan persatuan, serta kerukunan. Kerukunan yang sudah diciptakan adalah investasi yang sangat besar, mari kita jaga bersama," tambahnya.

Disamping itu, pihak keamanan dan kepolisian, harus responsip dan cepat melakukan himbauan dan langkah-langkah yang bisa menghambat prilaku anarkis atau berbuahnya isu-isu. (M Yusuf/LL/WDA).



Sumber:
 
http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/06/masalah-pokok-orang-desa-soal-pendidikan-462738.html
http://rri.co.id/index.php/berita/41214/Kasus-Sumbawa-Masyarakat-Mataram-Diminta-tidak-#.UQowHfJ8F6M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar