welcome

Welcome Comments Pictures

Jumat, 03 Juli 2015

Siapakah Pembunuh Angeline Sebenarnya ?

Sebelum Tewas….Seperti Inilah Perlakuan Kejam Margareta Kepada Anak Angkatnya “Angelina”

Agus Tai Andamai (26) menjadi saksi kehidupan keseharian Angeline (8), bocah yang dilaporkan hilang saat bermain di depan rumahnya di Jalan Sedap Malam No 26, Sanur, Denpasar, Sabtu (16/5/2015) sekitar pukul 15.00 Wita.

Menurut Agus, Angeline adalah gadis yang tertutup dan sering dimarahi ibunya Margareta. Menurut pria asal Waingapu, Sumba ini, setiap hari sepulang dari sekolah, Angeline hanya menghabiskan waktunya untuk bekerja memberi makan ayam yang dipelihara oleh sang ibu. Bila tidak memberi makan ayam, menurut kesaksiannya, ibunya tak segan memarahinya.

"Pernah saya dengar ibunya mengumpat kepada dia. Ngomongnya begini, 'kalau tidak membantu kasih makan ayam, mending ia keluar dari rumah ini," ujar Agus di antara kandang ayam yang ada di rumah sang majikan, Senin (18/5/2015).


Menguak Dalang Pembunuh Angeline 

http://ichef.bbci.co.uk/news/ws/1024/amz/worldservice/live/assets/images/2015/06/10/150610120157_angeline_missing_kid_640x360_komnaspa_nocredit.jpg

Liputan6.com, Denpasar - Bercak darah berceceran di beberapa kamar. Sebagian besar di kamar ibu angkat Angeline, Margriet Megawe. Bercak-bercak darah itu sudah mengering, samar. Namun berhasil terlihat oleh tim forensik yang memeriksa rumah Margriet.

Temuan ini pun menimbulkan tanda tanya, apa sebenarnnya yang terjadi terhadap Angeline? Siapa sebenarnya dalang pembunuhan bocah 8 tahun itu?

Angeline ditemukan sudah tak bernyawa di rumah ibu angkatnya, Rabu 10 Juni 2015. Jasadnya dikubur dalam sebuah lubang yang tak dalam dekat kandang ayam, di antara pohon pisang di halaman belakang rumah. Posisi jasadnya mengenaskan. Telungkup dan ditekuk. Di lehernya terdapat tali dan bekas jeratan.

Temuan ini semakin menambah misteri kematian bocah, yang pada 16 Mei lalu dilaporkan hilang oleh ibu angkatnya itu. Meskipun mantan pembantu dan penjaga rumah Margriet mengaku sebagai pembunuh bocah malang itu, tapi sejumlah temuan baru seolah menolak pengakuan itu.  

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Mendeka Sirait menduga, pembunuhan Angeline terorganisir. Dia juga mengatakan, ada persekongkolan kejahatan untuk membunuh Angeline. Satu buktinya, ceceran darah di rumah yang beralamat di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Sanur, Bali itu.

"Itu semuanya sekarang ada di forensik. Sedang dilakukan pemeriksaan, apakah sama dengan bercak darah Angeline," ujar Arist di Sanur, Jumat 12 Juni 2015.

Menolak Masuk Rumah

Kepergian Angeline telah menyisakan luka mendalam di hati guru-gurunya di SDN 12 Sanur. Mereka tak kuasa melupakan wajah lugu dan senyum manis Angeline, yang ternyata menyimpan banyak kisah pilu di sisa hidupnya.

Wali kelasnya di Kelas 2B, Putu Sri Wijayanti mengatakan, tak meyangka hidup Angeline akan berakhir tragis seperti itu. "Satu kenangan yang tidak dapat saya lupakan selama dia menjadi anak didik saya, dan mungkin tidak bakal saya lupakan seumur hidup saya," kata Sri saat ditemui di ruangan kerjanya di Sanur, Jumat 12 Juni 2015.

"Wajahnya itu selalu terbayang. Wajahnya ayu dan sendu," tambah dia dengan tatapan mata nanar. Kejadian yang paling diingat Sri adalah saat mengantar Angeline pulang ke rumahnya. Sedikit terisak-isak, ia menuturkan bocah yang diadopsi sejak umur 3 hari ini kerap tidak mau masuk ke dalam meski sudah sampai di depan rumahnya.

"Ketika saya mengantarkan Angeline pulang bersama anak saya, dia duduk di belakang anak saya dan saya. Tasnya saya sangkutkan di tangan saya," kata dia.

"Saya enggak bakal lupa saat dia saya tawarkan antar pulang. Dia hanya diam saja dan mengangguk. Bahkan saat rumahnya sudah terlewat, Angeline hanya diam," ujar Sri sembari menyeka air matanya.

Angeline kini sudah tiada. Sri hanya bisa berharap Angeline bisa tenang di alam baka dan mendapatkan kebahagiaan. Terhadap pembunuh anak didiknya ini, Sri meminta hukuman yang paling berat.

"Selama ini Angeline tidak ceria. Semoga sekarang Angeline bahagia bersama teman-teman barunya. Saya harap pembunuh Angeline dihukum seberat-beratnya," tandas Sri.

Angeline sudah tiada. Yang tersisa hanya cerita sedih tentang jalan hidup yang harus dijalani bocah cantik kelahiran 19 Mei 2007 itu. Di tengah-tengah duka yang masih menyelimuti Tanah Air, Bali khususnya, ternyata masih ada setitik senyum untuk Angeline.

Dalam pembagian rapor Jumat 12 Juni 2015, Angeline naik kelas. Sri mengatakan, nilai Angeline lumayan bagus dan memenuhi syarat untuk melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi. Namun sangat disayangkan, Angeline sudah tidak akan pernah bersekolah lagi. "Nilai Angeline bagus. Angeline juga naik kelas," kata Sri.

Hingga saat ini, penyidik Polda Bali masih  memeriksa Ibu angkat Angeline. Tapi belum ada keterangan atau bukti kuat yang cukup untuk menjadikan dia tersangka. Meski begitu, penyidikan masih berjalan setelah polisi mengaku mendapatkan temuan-temuan baru terkait kematian Angeline.


Sumber :
http://news.liputan6.com/read/2251028/menguak-dalang-pembunuh-angeline

Tidak ada komentar:

Posting Komentar