1. PELAPISAN SOSIAL
CONTOH KASUS 1:
Bandung Kembali Jadi Lautan Sampah- Alat di TPA Sarimukti Rusak, Sampah di TPS Tak Diangkut.
BANDUNG– Dalam beberapa hari terakhir ini sampah di sejumlah titik
tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Bandung tidak diangkut hingga
menumpuk dan meluber ke badan jalan.
Seperti di TPS Jalan
Lodaya, sudah beberapa hari sampah di sana tidak diangkut. Selain
meluber ke badan jalan, juga menyebabkan bau tak sedap.Beberapa roda
pengangkut sampah pun hanya diparkir di sana. Pemandangan serupa juga
terlihat di TPSdepanPasarKosambi.Tumpukan sampah yang rata-rata bekas
pedagang sayuran di pasar itu menumpuk hingga ke badan jalan.
Sampah
menumpuk juga terlihat di TPS kawasan Jalan Cihampelas, Andir,dan
lainnya. Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung
Cece Iskandar mengakui beberapa minggu terakhir memang pengangkutan
sampah di beberapa TPS tidak berjalan normal. Ini karena kegiatan
operasional di TPA Sarimukti, Cipatat,Kabupaten Bandung Barat, tidak
berjalanlancar karena alat berat yang digunakan rusak.
“Ada
keterlambatan pengangkutan dari yang biasa dua sampai tiga rit,sekarang
hanya satu rit.Sampai-sampai di sana (TPA Sarimukti) mengantre hingga 40
truk karena TPA itu regional yang dimiliki Pemprov Jabar,”ungkap Cece.
2. KESAMAAN DERAJAT
CONTOH KASUS 2:
Tajuk, Perempuan Berpolitik
Monday, 23 April 2012
Pernyataan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri tentang perlunya
diperjuangkan ada kesamaan hak antara perempuan dan pria patut menjadi
renungan kita bersama. Termasuk hak perempuan untuk terjun dalam dunia
politik.
Hal ini penting mengingat
keterwakilan perempuan dalam dunia politik masih belum banyak. Padahal,
dalam UU Pemilu No 10 Tahun 2008 disyaratkan kuota 30% bagi keterwakilan
perempuan dalam pencalonan anggota legislatif. Namun, hingga saat ini
amanah undang-undang tersebut belum mampu dipenuhi oleh partai politik
dalam menjaring kader-kadernya untuk didudukkan sebagai wakil rakyat.
Sebenarnya
apa yang dikatakan Megawati telah menjadi perhatian kita sejak lama.
Semangat Kartini yang memperjuangkan kesamaan derajat dan hak antara
perempuan dan laki-laki terus bergaung tiap tahun.Tak sedikit dorongan
dari berbagai pihak untuk menyejajarkan perempuan dengan laki-laki dalam
berbagai bidang.Persoalan gender juga terus digemakan sepanjang tahun.
Kita
sepakat bahwa perjuangan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki
wajib didukung penuh.Tapi, sebagai bahan renungan, kurangnya
keterwakilan perempuan dalam dunia politik sebenarnya disebabkan oleh
faktor kaum hawa sendiri. Pertama, partai politik kesulitan mencari
kader berkualitas dari kalangan perempuan untuk dijadikan calon
legislatif.
Kedua, kemauan dari perempuan itu sendiri untuk
terjun ke dunia politik masih sangat kurang.Karena itu,fenomena ini bisa
dikatakan seperti lingkaran setan. Di satu sisi kita terus berupaya
untuk memenuhi kuota 30% di parlemen bagi perempuan,di sisi lain
terdapat kekurangsiapan dari kaum hawa itu sendiri untuk terjun ke
politik.
Toh misalnya partai politik memasang calon-calon
perempuan di nomor urut 1 pun tak menjamin kadernya terpilih masuk
parlemen. Sistem afirmasi yang berlaku selama ini sangat bergantung pada
jumlah suara yang didapat calon yang bersangkutan, bukan berdasarkan
nomor urut. Karena itu, lagilagi semua kembali pada kader perempuan yang
bersangkutan, seberapa besar perjuangan dan kemampuan mereka untuk bisa
masuk ke parlemen.
Di sini diperlukan tidak saja kegigihan,
tapi juga kapasitas perempuan itu sendiri sehingga bisa meyakinkan
konstituen untuk memilihnya. Karena itu, di Hari Kartini yang telah kita
peringati pada 21 April lalu,fenomena ini seharusnya menjadi bahan
renungan kita bersama terutama menjadi bahan introspeksi diri bagi kaum
hawa. Dalam arti, ke depan kaum perempuan dituntut harus mempersiapkan
diri baik secara mental maupun intelektual.
Kaum perempuan
Indonesia harus terus meningkatkan kapasitasnya di berbagai bidang agar
tidak ada lagi alasan bagi kaum pria untuk ‘’merebut’’ hak mereka di
dunia politik atau bidang-bidang lainnya. Secara intelektual maupun
kemampuan, kaum perempuan tak kalah dengan kaum laki-laki. Kita melihat
sudah cukup banyak juga kiprah perempuan Indonesia dalam membangun
bangsa.
Mereka juga mampu memangku jabatan-jabatan prestisius
yang sebelumnya dipegang laki-laki.Kursi presiden dan wakil presiden pun
pernah dijabat perempuan. Tak sedikit kursi menteri yang juga dipegang
perempuan.Saat ini banyak juga jabatan prestisius setingkat CEO dipegang
perempuan. Salah satunya Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan.
Mereka yang memiliki kapasitas juga bisa duduk di kursi wakil rakyat.
Sebut
saja seperti Inggris Kansil, Nurul Arifin, Nova Riyanti Yusuf, Rieke
Diah Pitaloka, Eva Sundari,dan masih banyak lagi. Karena itu, intinya
adalah bagaimana perempuan bisa membangun diri dengan meningkatkan
kapasitasnya dan lebih aktif dalam berperan.Dengan peningkatan peran dan
kemampuan itu, secara otomatis kaum perempuan pasti akan mendapatkan
haknya untuk bisa sejajar dengan kaum laki-laki.
OPINI:
Dalam masyarakat indonesia terdapat berbagai macam pelapisan sosial yang bisa kita temui, baik diukur melalui kekayaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan yang kita miliki. karena pelapisan sosial itu sendiri merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarki).
seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. ukuran kekuasaan kadang tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang yang tidak kaya,atau sebaliknya,kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
SUMBER:
http://www.seputar-indonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar