Manusia dan Harapan
Harapan, harapan itu memang bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Manusia tanpa harapan ? berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan , yaaa biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan, harapan itu memang bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Manusia tanpa harapan ? berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan , yaaa biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Jika manusia mengingat bahwa
kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka memang sudah sewajarnya “ HARAPAN”
manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia
dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan selalu berharap
bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini, namun kita harus sadar bahwa
harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.
Harapan itu biasanya sesuai
dengan Pengetahuan, Pengalaman, Lingkungan hidup dan Kemampuan. Misalnya, Dwi seorang
mahasiswa biasa saja yang selalu belajar dengan harapan di dalam ujian semester
mendapat nilai A. nah Itu dilakukan dengan keyakinan bahwa akan terwujud apa
yang diharapkan.
Selama masih hidup, semua orang
selalu ada perasaan berharap, kadang kala seseorang yang gagal dalam meraih apa
yang diharapkan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam hidupnya.
Ketidakseimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk yang dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: Putus asa, selalu termenung, dan sebagainya. Sebaiknya kegagalan yang diperolehnya itu dianggap sebagai pengalaman, sehingga dirinya sadar untuk berusaha memperbaiki lebih lanjut.
Ketidakseimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk yang dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: Putus asa, selalu termenung, dan sebagainya. Sebaiknya kegagalan yang diperolehnya itu dianggap sebagai pengalaman, sehingga dirinya sadar untuk berusaha memperbaiki lebih lanjut.
Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Agar harapannya terwujud, maka selain berusaha dengan
sungguh-sungguh kita sebagai manusia tidak boleh bosan berdoa, Hal ini
disebabkan karena antara harapan dan kepercayaan tidak bisa dipisahkan. Karena
harapan dan kepercayaan itu adalah bagian dari hidup manusia, Karena itu
wajarlah kalau harapan itu banyak menimbulkan daya kreativitas seniman untuk
menciptakan seni. Seperti halnya : seni musik, seni tari, seni lukis, dsb.
Tuhan adalah tumpuan segala
harapan, Kepada-Nya kepercayaan diutamakan seutuhnya. Berhasil tidaknya suatu
harapan itu tergantung dari usaha orang yang mempunyai harapan.
Semoga dengan terbahasnya masalah
kehidupan manusia ini diharapkan kita semua terbuka hati dan pikiran, sehingga
mempunyai penalaran, wawasan yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia yang tertuang dalam hasil
budaya.
Dalam
hidup di dunia, manusia dihadapkan pada persoalan yang beragam, baik itu
masalah positif maupun negatif. Untuk itu manusia perlu belajar dari manusia
lainnya untuk menghadapi persoalan hidup tersebut, baik secara formal maupun
informal agar manusia memiliki kehidupan yang sejahtera . Kebutuhan manusia
terbagi atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Ada yang dalam pandangan
hidupnya hanya ingin memuaskan kehidupan duniawinya saja namun ada juga yang
sebaliknya. Dan manusia akan semakin
sadar bahwa mereka akan mati. Dunia serba gemerlap hanya akan ditinggalkan dan
akan hidup abadi di alam akhirat.
- HARAPAN DAN CITA-CITA
Cita-cita
merupakan impian yang disertai dengan tindakan dan juga diberikan batas waktu,
jadi jika kita bermimpi untuk menjadi seorang yang sukses, dokter, manager
suatu perusahaan atau mungkin presiden, kita harus berusaha dengan
sungguh-sungguh. Semua itu harus disertai dengan tindakan, bukan hanya
berandai-andai saja, serta jangan lupa di berikan target waktu sehingga kita
punya timeline kapan hal tersebut bisa diwujudkan.
Dari
kecil kita pasti dinasehati oleh orang tua, guru ataupun buku untuk
menggantungkan cita-cita setinggi langit.
Di saat kegagalan sebagai akhir dari usaha yang didapatkan, suasana yang menyelimuti diri adalah resah, kecewa, bahkan putus asa. Kondisi saat itu memerlukan tempat kita bersandar, nasihat yang memotivasi, dan kekuatan untuk bangkit kembali. Sehingga harapan-harapan baru muncul sebagai pemantik potensi yang kembali melahirkan aksi.
- MEMAKNAI KEGAGALAN
Di saat kegagalan sebagai akhir dari usaha yang didapatkan, suasana yang menyelimuti diri adalah resah, kecewa, bahkan putus asa. Kondisi saat itu memerlukan tempat kita bersandar, nasihat yang memotivasi, dan kekuatan untuk bangkit kembali. Sehingga harapan-harapan baru muncul sebagai pemantik potensi yang kembali melahirkan aksi.
“Berharaplah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan harapanmu sekalian.” (QS. Almukmin: 60). Allah SWT akan mengabulkan harapan bagi siapa saja yang berharap hanya kepada-Nya (QS. Al Baqarah: 186).
- Rencana Allah SWT lebih hebat
Perhatikanlah firman Allah SWT yang mulia ini.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. (Mengapa?) Allah maha mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Albaqarah: 216).
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa, rencana Allah SWT terhadap diri kita lebih hebat dari rencana yang kita buat. Oleh sebab itu, logis jika kita dilarang berhenti berharap karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan apapun.
Ada di antara kita, bahkan boleh jadi kita pernah melakukannya. Mengeluh dan dengan tega mengatakan: “Saya tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa lagi dalam hidup ini”.
Padahal, bumi masih gratis untuk kita pijak. Langit tidak dibayar memayungi kita. Oksigen masih tersedia untuk nafas kita. Angin masih kita rasakan hembusannya. Waktu masih tersisa untuk berkarya. Raga masih ada bukti kita nyata. Lalu, pantaskah kita mendustakan nikmat Allah SWT tanpa ada alasan? Allah SWT berulang kali mempertanyakan persoalan ini agar kita senantiasa bersyukur dan berpikir (perhatikan QS. Ar Rahman).
Sumber: Dari berbagai sumber